Loading...
Selasa, 04 November 2014

Cara Ilmiah Menghitung Injury Time Sepak Bola


thumbnail   


Setiap menjelang menit ke-45 dan 90 (ditambah 105 dan 120 pada babak extra time), kita selalu menunggu-nunggu wasit ofisial keempat akan mengangkat angka berapa dari pinggir lapangan untuk menandakan waktu tambahan (injury time). Waktu tambahan adalah hal yang sangat krusial di sepakbola. Ambil dua saja dari segudang contoh. Manchester United menjuarai Liga Champion tahun 1999 dengan dua gol yang dicetak pada waktu tambahan, Manchester City pun menjuarai Liga Inggris tiga musim yang lalu dengan sebuah gol Sergio Aguero di injury time.

Pertanyaan yang selalu muncul adalah: bagaimana wasit menentukan lamanya waktu tambahan?
Belakangan, di beberapa turnamen besar, federasi sepakbola juga memberi perhatian besar pada apa yang disebut sebagai Actual Playing Time (APT). Apakah APT itu?
APT kira-kira merujuk "total waktu di mana bola bergulir atau dimainkan dalam pertandingan". APT ini membuang waktu yang dihabiskan karena permainan berhenti dengan semua alasannya: pelanggaran, bola keluar, sepak pojok, pergantian pemain, terjadinya gol dan perayaannya, dan lain-lain. Jika total waktu yang dihabiskan untuk momen-momen terhentinya pertandingan itu mencapai 30 menit, maka total APT berarti hanya 60 menit saja.

Sebagai ilustrasi, di Piala Dunia 2014, FIFA juga menghitung APT yang terjadi di semua pertandingan. Setelah dikalkulasi sedemikian rupa, FIFA merilis statitistik yang memperlihatkan rataan APT di turnamen tersebut mencapai 57,6 menit. Ini meningkat dibanding Piala Dunia sebelumnya (2010), yang hanya mencapai 54 menit. Dari situ terlihat bahwa rataan permainan berlangsung dalam sepakbola modern tidak lebih dari satu jam. Artinya, ada lebih dari 30 menit waktu terbuang untuk berbagai insiden, momen dan alasan. Permainan yang sesungguhnya, sepanjang 90 menit waktu normal, hanya berlangsung kurang dari 60 menit.

Tapi jelas bahwa APT ini dibuat bukan untuk mencari tahu berapa menit yang harus ditambahkan setelah waktu normal habis. Sama sekali bukan, mana pernah kita lihat wasit memberi tambahan waktu hingga 33 menit, misalnya? Ada perhitungan lain yang menjadi dasar bagi perangkat pertandingan untuk memutuskan berapa menit tambahan waktu setelah waktu normal habis. Dan ini tidak merujuk APT seperti yang tadi sudah dijelaskan.

Untuk diketahui, tidak semua insiden yang menghentikan pertandingan bisa diberikan kompensasi tambahan waktu. Tidak setiap bola keluar lapangan, misalnya, maka waktu yang terhenti gara-gara itu kemudian dihitung dan diganti di fase tambahan waktu setelah 45 menit berlalu. Pelanggaran yang membuat laga terhenti beberapa detik juga tidak serta merta diganti waktunya kelak setelah waktu normal habis.
Menurut Laws of The Game FIFA nomor tujuh, tambahan waktu diberikan sebagai kompensasi atas beberapa kejadian yaitu (1) pergantian pemain, (2) masuknya tim dokter untuk menilai pemain yang cedera, (3) pemain keluar dari lapangan karena menerima perawatan, (4) membuang-buang waktu, dan (5) penyebab lainnya.

Dari pasal-pasal di atas, jelas terlihat insiden atau momen macam apa saja yang bisa diberi jatah kompensasi tambahan waktu. Cukup jelas, bukan, kalau laga berhenti karena bola ke luar lapangan atau ada handsball atau pelanggaran tidak akan diganti waktunya setelah waktu normal habis.
Kami pernah membahas dua kasus pada waktu tambahan, yaitu pada final Liga Champions dan juga pertandingan babak 8 besar Indonesia Super League beberapa hari lalu. Perhitungan yang kami lakukan, sekali lagi, dengan merujuk pasal-pasal di atas. Tapi, karena isu ini kadang menjadi sensitif, terlebih di laga-laga genting yang terbukti ditentukan hasil akhirnya oleh gol-gol yang lahir di fase tambahan waktu, maka soal ini menjadi subjek pembahasan yang menarik.


Salah satu peneliti ternama di bidang analisis sepakbola, Dr. Howard Hamilton, yang juga merupakan CEO Soccermetrics Research, memiliki formula sendiri yang sebenarnya sudah dipakai secara luas pada sepakbola. Ia adalah ahli algoritma dan pengembangan perangkat lunak untuk mengukur performa tim dan pemain sepakbola. Kita bisa memahami formula yang dibuatnya di situs soccermetrics.net.

Pada setiap formula untuk menentukan panjangnya waktu tambahan, memang selalu dipakai waktu total yang terbuang saat permainan sedang berlangsung. Untuk membandingkan saja, sebuah studi oleh Paul Morris dan David Lewis menghitung bahwa rata-rata dari 90 menit waktu pertandingan di Liga Primer Inggris, hanya terdapat waktu efektif sebanyak 86,5 menit saja. Apakah benar? Apakah definisi waktu efektif itu. Sebenarnya, pada EPL musim lalu waktu rata-rata ketika bola benar-benar dimainkan hanyalah sebanyak sekitar 60 sampai 70 menit. Sebuah angka yang menunjukkan hanya dua per tiga dari total waktu bermain 90 menit. Sepertiga sisanya adalah selain saat bola dimainkan itu sendiri.

Namun, waktu efektif yang dimaksud oleh Morris dan Lewis adalah waktu permainan (dengan maupun tanpa bola) yang dikurangi waktu yang terbuang yang tidak ada hubungannya dengan permainan, seperti perawatan pemain cedera dan pergantian pemain. Kadang ini bukan menjadi konsekuensi yang merugikan karena wasit dan ofisial keempat tentunya akan menentukan waktu tambahan yang sesuai dengan waktu yang telah terbuang. Namun, sebanyak-banyaknya waktu tambahan yang diberikan biasanya tidak akan sampai lebih dari 5 menit, biasanya wasit akan memberikan 2-3 menit, atau 4 menit pada kasus khusus, dan jarang sekali sampai 5 menit.
Jadi, sebenarnya kita semua sebagai penonton telah merugi karena banyak waktu kita terbuang dengan banyaknya tontonan yang tidak berhubungan dengan permainan saat kita sedang menonton pertandingan sepakbola.

Berangkat dari sini, Dr. Hamilton mulai menerapkan rata-rata waktu antara pelanggaran dan rata-rata waktu tambahan. Ia mengumpulkan data dari Piala Dunia 2014. Awalnya ia penasaran untuk mencari tahu apakah ada korelasi antara waktu rata-rata di antara itu semua dengan waktu pertandingan efektif.

Untuk referensi, berikut adalah postingannya yang menunjukkan mean-time-between-fouls (MTBF) terhadap waktu efektif dari seluruh pertandingan Piala Dunia 2014 (ukuran diberikan dalam satuan detik).



Dari grafik di atas, tampak tidak ada hubungan yang kuat antara waktu rata-rata antara pelanggaran dengan waktu efektif pertandingan, tetapi juga tidak sebaliknya, yaitu tidak berarti juga mereka memiliki hubungan yang lemah.

Ini berguna untuk menguji apakah hubungan antara dua variabel secara signifikan berbeda dari data yang diraih secara acak. Atau dalam bahasa yang lebih statistik, apakah koefisien korelasi yang benar adalah nol (null hypothesis).

Untuk melakukannya, ia menguji plot kedua yang merupakan hubungan antara mean-time-between-stoppages (MTBS) terhadap waktu efektif pertandingan, dengan kondisi yang sama dengan plot pertama.



Untuk kasus ini, ia mendapatkan sebuah hubungan linear yang lebih kuat antara rata-rata waktu tambahan dengan waktu efektif.

"Dalam pandangan saya, korelasi yang relatif lemah antara MTBF dan waktu efektif selama Piala Dunia menunjukkan bahwa peran wasit tidak terlalu memiliki pengaruh yang besar pada jumlah waktu bermain efektif. Pengaruh terbesar ada pada dua tim yang sedang bertanding itu sendiri. Tetapi ia (wasit) masih memiliki pengaruh," kata Hamilton.

Ia juga menambahkan bahwa dalam pertandingan liga, di mana wasit dapat bekerja 20-30 pertandingan, variasi ini tidak akan sama. Tetapi pada turnamen jangka pendek, penyimpangannya dapat menjadi signifikan. Pada akhirnya, memang dua tim yang sedang bertandinglah yang memiliki pengaruh paling kuat pada bagaimana mengalir atau tidaknya sebuah pertandingan. Hubungan antara MTBS dan waktu efektif di atas sangat mencerminkan pernyataan tersebut.

Jadi, bisa disimpulkan pada kondisi ideal, wasit memang memegang hak tertinggi untuk menentukan panjangnya waktu tambahan. Tetapi hak wasit tersebut tentunya banyak dipengaruhi oleh perilaku para pemain dari kedua tim di atas lapangan. Namun ini adalah kondisi ideal. Sementara pertanyaan, "Sudah idealkah kondisi setiap pertandingan sepakbola?", masih membutuhkan jawaban yang lebih panjang dan lebih relatif daripada analisis yang dikerjakan para ahli sport science di atas.


====

* Akun twitter penulis @dexglenniza dari @panditfootball

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar yang sopan dan sesuai dengan topik postingan ya.

 
TOP